3 Upacara Adat di Bali yang jadi daya tarik wisatawan

Tuesday, 03 August 2021

Adat, budaya dan kesenian Bali yang unik menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Wisatawan tersebut juga bisa melihat budaya Bali dari sisi lain.

Upacara Ngaben

Okezoners pasti sudah pernah mendengar tentang upacara yang satu. Upacara ini sudah sangat terkenal di Bali. Ngaben merupakan salah satu upacara yag dilakukan oleh umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukan kepada leluhur).

Namun ternyata, tidak semua masyarakat Bali melaksanakannya juga, hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang berbeda setiap penduduknya. Tak bisa dipungkiri, biaya untuk melaksanakan upacara ini terbilang relatif tinggi. Upacara Ngaben di Bali ternyata terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Ngaben Sawa Wedana, Ngaben Asti Wedana, dan Swasta. Nah biasanya, upacara tersebut nantinya dilaksanakan dalam kurun waktu antara 3-7 hari.

Upacara Omed-Omedan

Upacara adat Bali yang satu ini biasanya berlangsung di kawasan Denpasar, Banjar Kaja, Sasetan, dan Bali.

Apabila Anda ingin menyaksikan tradisi ini secara langsung, maka berkiunjunglah ke Bali setelah Nyepi. Prosesi upacara ini diawali dari proses persembahyangan secara masal yang dilaksanakan di Pura. Selanjutnya, dibentuklah dua kelompok pemuda maupun pemudi yang memiliki usia antara 18-30 tahun yang belum menikah, dua kelompok ini pun akan mulai berhadapan.

Setelah itu, biasanya akan terjadi siram-siraman air yang dilakukan oleh satu pemuda-pemudi yang maju. Dengan begitu, lalu mereka akan saling bertarung. Kemudian selesai itu, kadang diakhiri dengan berciuman. Sangat unik ya Okezoners. Tradisi upacara ini konon telah berlangsung sejak puluhan tahun silam dan masih terus bertahan hingga saat ini.

Upacara Ngoncang Guncang Singaraja

Upacara adat Bali ini merupakan tradisi atau budaya turun menurun untuk menumbuk padi pada lesung. Dalam pelaksanaannya, upacara ini dilakukan dengan berkelompok. Prosesi upacara ini diawali dari proses persembahyangan secara masal yang dilaksanakan di Pura. Selanjutnya, dibentuklah dua kelompok pemuda maupun pemudi yang memiliki usia antara 18-30 tahun yang belum menikah, dua kelompok ini pun akan mulai berhadapan. Setelah itu, biasanya akan terjadi siram-siraman air yang dilakukan oleh satu pemuda-pemudi yang maju. Dengan begitu, lalu mereka akan saling bertarung.



Penulis

Alda