Tari Legong

Monday, 19 October 2020

Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.

Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas. Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.

Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan Bali, misalnya di daerah Gianyar, Badung, Denpasar, dan Tabanan. Satu variasi Legong yang paling populer adalah Legong Lasem. Tari Legong ini cukup sering ditampilkan dalam pertunjukan wisata.Tari ini dikembangkan di daerah Peliatan. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu menyusul dua legong yang menarikan legong lasem. Untuk lakon ceritanya sendiri, mengambil cabang cerita Panji tentang keinginan adipati Lasem untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha. Sang putri menolak pinangan tersebut karena dia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Adipati pun kemudian menculik putri tersebut. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Pada akhinya kemudian tewas dalam pertempuran melawan raja Daha.

sumber : seringjalan.com