Sejarah Nama Orang Bali

Tuesday, 29 December 2020

Salah satu budaya dan keunikannya adalah nama orang Bali, jika anda datang ke Bali sebagian besar mengenalkan nama mereka dengan nama Wayan, Made, Nyoman dan Ketut. Salah satu budaya dan keunikannya adalah nama orang Bali, jika anda datang ke Bali sebagian besar mengenalkan nama mereka dengan nama Wayan, Made, Nyoman dan Ketut.

Di Bali sendiri mengenal 4 macam tingkatan kasta, golongan kasta paling bawah adalah kasta Sudra yang mana nama depannya seperti Wayan, Made, Nyoman dan Ketut, warga dari kasta Sudra ini mayoritas penduduk orang Bali, kemudian ada kasta Waisya diawali dengan gelar Sang, Kompyang, Ngakan atau Si, mereka melakukan pekerjaan dibidang niaga dan industri. Kasta Ksatria, mereka ini berasal dari kaum Bangsawan atau dari keluarga kerajaan, pejabat militer, menteri ataupun abdi keraton nama depan yang disandang adalah Cokorde, Anak Agung ataupun Gusti.

Berikutnya kasta Brahmana, mereka berasal dari golongan rohaniawan, seperti pendeta ataupun pemuka agama, gelar nama yang disandang adalah Ida Bagus (laki-laki) dan Ida Ayu/Dayu (untuk perempuan). Dari ciri-ciri nama yang disandang maka orang tahu dari kasta mana mereka berasal. Nama orang Bali ini menjadi fakta yang cukup menarik yang masih jarang diketahui orang luar.

Dari keempat kasta tersebut, kasta Sudra adalah golongan mayoritas, sedangkan kasta Waisya, Ksatria dan Brahmana merupakan golongan minoritas, walaupun itu warisan budaya masa lampau, namun nama-nama depan atau gelar yang diwariskan masih mereka sandang, dan masyarakat Bali juga menghargainya.

Masih terlihat dalam tata krama berbahasa atau komunikasi dengan kasta yang lebih tinggi mereka berkomunikasi memakai bahasa Bali halus, walaupun tidak ada aturan baku tetapi ada kewajiban moral kita untuk menghargai Kasta yang lebih tinggi dan menghargai warisan leluhur, dan masih berlanjut sampai saat ini sehingga menjadi sebuah budaya dan kebiasaan turun temurun.

Dan tentunya dalam tata komunikasi baik itu bahasa halus ataupun tidak, sangat tergantung juga dengan tingkah laku, etika dan sopan santun dari masing-masing individu di masyarakat baik yang yang berbicara maupun dengan lawan bicara dan kebiasaan tata krama berbahasa Bali, merujuk lagi kepada kebiasaan atau budaya setempat, seperti tata bahasa Bali Timur (Kabupaten Karangasem) akan berbeda dengan tata bahasa atau komunikasi orang dari Bali Utara (Kabupaten Buleleng).

Dengan adanya tingkatan-tingkatan kasta tersebut, kita lebih bisa mengenal orang lain dari nama depan orang Bali tersebut, sehingga kita bisa menggunakan tingkatan bahasa Bali yang kita gunakan dengan orang yang baru kita kenal. Bagi wisatawan, yang lumrah di Bali adalah sebutan kata “bli” panggilan tersebut adalah untuk menunjukkan keakraban. Bli berarti kakak, bagi orang Bali sendiri sebutan tersebut ditujukan pada orang yang lebih tua dan sudah kita kenal. Bukan panggilan untuk orang dengan kasta lebih tinggi.

Ciri-ciri lain dari nama-nama orang Bali adalah kata sandang untuk jenis kelamin atau gender seseorang, ada sebutan I dan Ni untuk I adalah kata sandang untuk laki-laki sedangkan Ni untuk kata sandang untuk perempuan, sebutan I dan Ni diletakkan pada nama paling depan salah satu contohnya I Wayan Wijaya atau Ni Wayan Wijani, walaupun dalam komunikasi sehari-hari nama depan I dan Ni ini tidak disebutkan tapi dalam surat-surat penting seperti akte kelahiran dan dalam kartu identitas lainnya akan selalu dicantumkan dan awalan nama ini hanya untuk kalangan masyarakat umum atau kasta Sudra.

Mengulas nama-nama orang Bali untuk golongan kasta Sudra yaitu; Wayan, Made, Nyoman dan Ketut, adalah 4 nama yang diberikan dalam sebuah keluarga, sesuai dengan urutan kelahiran yang memiliki arti tersendiri, anak pertama bernama depan Wayan atau berarti “wayahan” memiliki arti paling matang atau paling tua, nama Wayan memiliki beberapa sinonim yaitu Putu, Gede untuk laki-laki dan Luh untuk perempuan. Anak kedua bernama Made berasal dari “madya” atau tengah, nama lain untuk anak kedua adalah Nengah dan Kadek. Nama anak ketiga adalah Nyoman berasal dari kata “uman” yang berarti sisa atau akhir, nama lain untuk Nyoman adalah Komang.

Asal-usul penamaan orang-orang Bali yang menambahkan nama depannya, belum diketahui secara pasti mulai kapan pola penamaan tersebut mulai digunakan, namun beberapa sumber memperkirakan, sejarah penambahan nama depan tersebut mulai dari abad ke-14 pada masa pemerintahan raja Gelgel Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang dinobatkan Maha Patih Gajah Mada untuk memerintah Bali yang sebagai wilayah taklukan kerajaan Majapahit, namun tidak dirinci apakah nama-nama orang Bali tersebut berasal dari pengaruh Majapahit atau bukan, apalagi ada desa Bali Aga yang merupakan warisan budaya Bali kuno yang luput dari pengaruh kerajaan Majapahit.


Bahkan pada masa lampau ada sejumlah nama tanpa embel-embel nama Wayan. Made atau sejenisnya, tapi hanya mencantumkan awalan nama untuk mengetahui gender atau jenis kelaminnya saja, yaitu nama I dan Ni seperti hanya bernama I Kaler, I Panji atau tokoh yang cukup populer yaitu Ni Ronji dan Ni Polok. Pada masa selanjutnya pola penamaan menambahkan nama berdasarkan urutan kelahiran, dan sampai sekarang nama yang menjadi warisan tradisi secara umum digunakan oleh orang-orang Bali.